
- Monday, 19 August 2019
- Global
Nasib Pengungsi Suriah Yang Menyedihkan, Bagaimana Kini Nasib Assad? (4)
DALAM waktu 2 tahun krisis di Suriah, negeri itu telah kehilangan lebih dari 100 ribu nyawa, hampir 3 juta pengungsi ke negara-negara tetangga dan sekitar 5 juta mengungsi mencari tempat aman yang tersisa di negeri yang pernah berambisi regional ini. Jumlah lebih sepertiga dari penduduk Suriah 22,5 juta telah menjadikan negeri ini menghadapi masalah terbesar kemanusiaan di abad ini.
Read more
- Monday, 19 August 2019
- Global
Nasib Pengungsi Suriah Yang Menyedihkan , “Dunia Telah Melupakan Kami” (3)
STATISTIK tentang apa yang terjadi di Suriah memang membuat frustrasi bagi orang-orang yang peduli kepada kemanusiaan. Lebih seratus ribu warga Suriah telah mati sia-sia, lebih dari dua setengah juta mengungsi ke negara-negara tetangga, separuh dari jumlah 22,4 juta rakyat kini tergantung pada donasi dan belas kasihan masyarakat internasional.
Tetapi rejim Presiden Bashar al-Assad bergeming, seakan-akan mempersalahkan nasib rakyatnya, dan menuduh semua pemicu perang saudara itu adalah ‘teroris’ dan karena itu mereka sah diperangi.
Read more
- Monday, 19 August 2019
- Global
Nasib Pengungsi Suriah Yang Menyedihkan, Mana Komitmen Internasional? (2)
MALAPETAKA akan menimpa kemanusiaan jika masyarakat internasional tidak turun-tangan dalam penanganan pengungsi. Adakah aspek politik dalam masalah pengungsi? Pasti ada dan besar faktornya dalam menentukan nasib mereka sekarang maupun masa depan mereka, terutama anak-anak yang besar dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif, seperti di tenda-tenda penampungan dalam kondisi yang memprihatinkan.
Read more
- Monday, 19 August 2019
- Global
Nasib Pengungsi Suriah Yang Menyedihkan (1), Malapetaka Kemanusiaan Terbesar
MENURUT catatan PBB, sejak konflik atau perang saudara terjadi di Suriah telah jatuh korban jiwa lebih dari 100 ribu, dan 2,3 juta pengungsi di berbagai negara tetangga, seperti Lebanon, Irak maupun Turki.
Di dalam konflik bersenjata di dalam negeri, atau perang saudara, yang senantiasa menjadi korban paling menderita adalah rakyat sipil, terutama anak-anak, wanita, kaum difabel dan orangtua. Ketika anak remaja dan dewasa mereka dipaksa memilih sikap pro atau kontra terhadap pandangan politik yang terbelah di tanah air dan terlibat dalam konflik itu sendiri –baik politik maupun militer—mereka memilih mengungsi, meninggalkan harta benda, rumah di kampung halaman. Pilhannnya, jika ingin selamat jiwa dan raga pergilah ke negeri atau tempat lain.
Read more